Rabu, 31 Mei 2017

Email Part #2

--- On Thu, 8/6/09, Wawan Purwanto wrote:

From: Wawan Purwanto
Subject: Bls: Ass.......
To: "Asih Rokhayati"
Date: Thursday, August 6, 2009, 11:50 PM

Waalaikumsalam wr. wb...

Teteh ini aa minta maaf, aa ceritain hari kemaren yach?, mungkin dapat mengurangi kegundahan Teteh. Aa' juga pengen ketemu dan kangen ma Teteh....
Kemarin abis subuh, aa tidur lagi setelah menyalakan alarm untuk bangun pukul 06.45 begitu bangun langsung masak mie untuk sarapan pagi (tambah susu segar 1 liter)...ma buat mie goreng + ayam goreng + sayur untuk makan siang di kantor (diangetin menggunakan oven jadi enak dimakan siang).
Pukul 07.09 berangkat jalan kaki ke stasiun kereta yang jaraknya 3 blok ke selatan (tiga blok berarti 3 gang ya / nyebrang jalan 3 kali seperti rumah Satrio ke rumah mas Joko berarti 1 blok) - - jalan kaki tetep nyaman karena dingin jadi ga' sampai berkeringat bahkan tetap sambil menggigil.
Sampai stasiun paling 8 menit...naik kereta 21 menit sampai statiun RUNDLE baru naik BUS jurusan 32 (tiket yang aa pegang adalah tiket bulanan) jadi baik untuk bus maupun kereta aa cuman perlu tunjukin saja ke driver / utk kereta ngga' perlu karena masinis diruang khusus -- disini rata-rata orang jujur, jadi mereka tetep beli tiket meski ga' ada yang akan tahu dia beli (punya) tiket ataupun nggak. Tiba di kantor jam 07.59 CA. Langsung masuk kantor... menyapa temen-temen yang duluan nyampe... trus biasa training bikin rangkaian untuk kalibrasi (alat sudah ada tinggal merangkai). Pukul 09.00, Coffee time 15 menit (cukup untuk sekedar makan buah ama minum susu segar yang disediakan)... Jam 12.00 break 1 jam.... kembali lagi jam 15.00 coffee time 15 menit ... trus tau-tau sore. Jam 18.37 sampai rumah Asar trus keluar lagi maksudnya untuk beli beras, kartu HP Canada, colokan standard sini dlsb. Ternyata harganya mahaaalllll :D. Aa beli kacang 350 Gr = 3.9 CAD (25.000 Rp aja untuk mudahnya), orange juice 4.9 CAD 1 liter, ma kacang type satunya untuk makanan ringan. Mo beli silet cukur kumis harganya muahallll banget masak 16 CAD mending jenggot / kumis panjang dech hehe....
Sampai rumah jam 21.25 itu langsung Sholat Maghrib (emang jam segitu baru masuk waktu sholatnya)dan tidur....untuk persiapan OL ma teteh eh malah kebablasen... punten nya? sekarang mo Isak trus bobok lagi... Aa' kangen dan sayang ma teteh, mohon jangan ragukan itu....Bumi dan langit saksinya... (ah paling ge biar Teteh ngga' ngambek hehe...)
dah ya Teh....
Wassalamualaikum wr. wb.

========================================================================
NOTE:
Jika ada saran untuk pengembangan, silakan email ke: wawan@sabs-wellservices.com atau wawan.purwanto@yahoo.com
========================================================================

Terimakasih Ayah....

Tanpa perlu membanding-bandingkan keutamaan ayah dan ibu, kita perlu memberikan sedikit perhatian atas apa yang telah kita dapatkan dari sang ayah yang bekerja tanpa lelah untuk melihat kita menggapai kesuksesan.

Dalam Agama, Ulama telah banyak menjelaskan tentang keutamaan antara seorang Ayah maupun ibu, dimana peran ibu tiga kali lebih mulia dari Ayah. Ibu memang lebih dimuliakan, namun bukan berarti kita melupakan perjuangan sang ayah. Terima kasih ayah!

Kisah rahasia seorang ayah

Bahkan hal ini diperkuat oleh Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Namun, banyak yang tidak mengetahui kelebihan seorang Ayah yang sering dirahasiakan sang Ayah kepada anaknya, untuk lebih jelasnya simak kisah kutipan berikut, sebuah kisah tentang perjuangan seorang ayah :
Mungkin ibu lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku? Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.
Saat aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku merengut menjauhi ayahku dan menangis di depan ibu.
Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?
Karena bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku di ruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, ”dimana, dan sedang apa aku diluar sana.”
Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati – hati mengizinkannya.
Dan akhirnya, saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu, tapi darahnya mengalir didarahmu, namanya melekat dinamamu … Memang ayah tak melahirkanmu, Memang ayah tak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu …
Nak..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat, tapi tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya … Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu… Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..

Bunda hanya ingin kau tahu nak.. bahwa… Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda.. Anakku… Jadi didirinya juga terdapat surga bagimu… Maka hormati dan sayangi ayahmu.
Terima Kasih Ayah

Dicopy dari sebuah blog Adi Nur S. 6 Ramadhan 1438H